Tuesday, July 28, 2009

Singkat tapi Memikat


Menanti tanggal 9 Juli 2009 adalah hal yang paling lama saya rasakan. 9 Juli, tanggal yang paling saya tunggu-tunggu dalam sebulan terakhir ini. sebuah tanggal keramat, yang menghantarkan saya bersama 3 orang teman yang saya banggakan menuju sebuah perjalanan. Menuju sebuah kota – Solo Jawa tengah. Mungkin tujuan awal kami adalah menghadiri pernikahan seorang kawan. Tapi masak iya hanya itu saja tujuan kami jauh-jauh ke kota surabi ini? ya pastilah, liburan!. Tapi sebenarnya liburan itu jadi tujuan utama atau kedua ya? Sangat absurd memang!

Tiga teman yang saya ceritakan tadi masing-masing bernama Desi, Upit dan Julie. Nah nama terakhir ini langsung di import dari medan Sumatera utara. Beliau baru sampai di Jakarta satu hari sebelum keberangkatan kami ke Solo. Khusus datang ke tanah jawa untuk mengikuti 3 hari perjalanan bersama 3 gadis tak kenal kenyang ini. tak kenal kenyang? Yah.. mungkin itu cap yang cocok buat kami berempat, lantaran sepanjang perjalanan sepertinya kami tak henti-hentinya mengunyah.

Kereta Taksaka menghantarkan kami menuju kota gudeg jogja. Pagi hari tanggal 10, kami tiba. Perjalanan dilanjutkan dengan kereta pramex , yang kata upit penyebutannya jadi mirip paramex, temennya panadol itu menuju Solo.

Menjelang siang, kami tiba di Solo. Langsung saja tujuan kami arahkan ke Cakra Guest House. Sebuah penginapan murah namun classy. Arsitektur jawa tempo dulu dan pohon rindang yang menaunginya, membuat saya langsung jatuh cinta dengan penginapan satu ini. Maklum saja, dulunya Guest House ini adalah sebuah rumah saudagar batik terkenal. Dan rumah ini kemudian dijadikan penginapan oleh anak cucu mereka. Untung saja. Kalau tidak, pasti rumah tua yang penuh nilai ini sudah dihancurkan dan dibangun bangunan modern diatasnya.

Badan jelas remuk redam setelah melalui 12 jam perjalanan. Yang ada di otak saat itu, mandi lalu meluruskan punggung diatas kasur empuk. Hmm ide bagus. Tapi untung saja ide itu tak jadi kenyataan. suara desi tiba-tiba menghentak kesadaran saya. “ayo kawan-kawan kita ke Pasar Klewer” yang lain, Upit dan Julie juga sudah teriak-teriak kelaparan. Ya sudah, akhirnya empat gadis tak kenal kenyang ini beranjak dari peraduan.

Cukup berjalan kaki saja, kami tiba di Pasar Klewer. Pasar yang menawarkan bermacam-macam busana batik. Walah… banyak banget pilihannya. Mulai dari baju, rok, hem, pakaian anak-anak. Yang terpenting harganya itu lho. Dijamin murah abis. Sampai di tempat ini, rasanya kok capek dan penat di tubuh jadi hilang seketika ya. Hal yang sama dirasakan oleh 3 orang kawan saya, setelah saya menanyakannya pada mereka. Pelajaran yang saya ambil dari kejadian ini: belanja bikin tubuh kembali fit setelah perjalanan jauh.

Sore menjelang, kami habiskan di swimming pool hotel. Dua teman saya rupanya terpukau dengan keahlian saya berenang ( lebay mode on). Jadilah saya mengajarkan tehnik-tehnik dasar pernapasan dan gaya bebas. lumayan cepat penerimaan mereka (lebay mode on lagi), sehingga sekali diajari langsung bisa.

Malam di solo, membuat tubuh kami sedikit butuh kehangatan. Cuaca musim kemarau membuat angin berhembus kencang. tapi hal itu tak membuat kami duduk termangu di dalam penginapan. Setelah menyambangi calon pengantin, makan malam kami lakukan di PGS Solo, atau Galabo. Yang terakhir, saya lupa singkatannya. Yang jelas, ini adalah salah satu tempat kongkow anak muda yang cukup terkenal di Solo. Kami mencoba Sate Kere. Kere berarti miskin, berarti sedikit uang, berarti murah. Yang bisa diartikan lagi, pasti bukan dibuat dari daging. Tepat sekali dugaan saya. Sate kere ternyata dibuat dari tempe, yang disalut bumbu kacang. Rasanya ternyata tak se kere namanya. Yummmyyy enyak!!! Sampai saya yang akhirnya menghabiskan makanan khas Solo ini.

Esok adalah hari H nya Sinta kawan saya itu menikah. Pukul 07.00 pagi akadnya. Dan pukul 11.00 resepsinya. Hmmm kami memilih yang pukul 11 saja deh. Kayaknya gak mungkin kami sudah siap dengan pakaian lengkap sepagi itu. Dan benar saja, 3 teman saya itu baru bangun pukul 10 pagi. Waduhh.. pasti telat. Apalagi tina, seorang teman yang menjadi Pagar Ayu sudah menelepon kami sedari tadi. Katanya pengantennya udah nanyain dari tadi, kok kalian berempat belum datang juga. hihihi.. lucu.. ditungguin pengantin.. kayak tamu istimewa aja.

Anyway.. setelah foto ( tujuan utama ke kawinan teman) cipika cipiki, perjalanan dilanjutkan menuju jogja. Biar di perjalanan dan di foto lebih stunning, saya putuskan memakai rok. Demikian pula desi dan upit. Namun tak demikian dengan Julie. Tak mungkin rasanya memakaikan dia rok, meskipun diiming imingi uang. Tapi.. tak disangka memakai rok ternyata juga menimbulkan bencana.

Bagaimana tidak, ternyata kami hampir ketinggalan kereta pramex tujuan Solo – Jogja. Berlari-lari di sepanjang peron, dengan rok, tas ransel besar dan plastik-pastik belanjaan, membuat kami berempat jadi pusat perhatian seluruh pengunjung stasiun (lebay lagi).

Tragedi rok ternyata berlanjut saat kami tiba di Stasiun Tugu Jogja. Terutama pada diri saya. Becak adalah kendaraan yang kami pilih menuju penginapan di Jogja. Tapi, karena itulah tragedi itu terjadi. Tahu kan, bagaimana bentuk becak Jogja? Undakan kaki yang tinggi itu, sungguh-sungguh membuat saya yang memakai rok ini kesulitan menaiki kendaraan roda tiga ini. sampai-sampai ada sekitar 5 abang becak mencoba membantu saya untuk naik. Duuhh malu!! Apalagi 3 teman saya itu tertawa terbahak-bahak melihat kejadian kocak ini.

Hmm tak apalah yang penting stunning, dan enak dipandang ( gak deh kayaknya ). Malam tiba. Bukannya istirahat di penginapan, tapi justru kami habiskan melakukan wisata belanja sekali lagi. Maklumlah, kakak julie, punya hajat mencari selusin daster buat memenuhi permintaan mamaknya di medan.

Habis putar-putar Mirota Batik, kami arahkan kaki kami ke pelataran kaki lima Malioboro. Sebuah angkringan dengan makanan hangat sungguh membuat perut dan hati kami tertambat. Huuuhh angkringan berarti harus duduk dibawah. Yahh.. sekali lagi deh menjadi situasi yang menyulitkan bagi saya yang stunning karena pakai rok ini.

Malam berganti pagi. Hari minggu adalah hari terakhir kami di kota jogja. Meski hari terakhir, bukan berarti loyo kecapekan dan bermalas-malasan di penginapan. The trip must go on. Perjalanan selanjutnya adalah pantai baron dan pantai kukup. Di Pantai Baron, kami rencanakan hanya untuk makan siang saja. Karena, memang di tempat inilah, kami bisa menemukan tempat makan sea food yang rekomended. Dan benar kata desi kawan saya. wuiihh.. sedap.. lobster dan ikan yang kami pilih langsung di pasar ikan, kemudian dimasak dengan saus tiram, membuat saya tak henti-hentinya menambahkan nasi beserta lauk ke dalam piring saya.

Next destination: Pantai Kukup. Inginnya sih, berenang dan berpose binal di pantai. Tapi apa mau dikata, ternyata Pantai Kukup saat itu seperti segelas air cendol. Banyak banget orang. Salah kami juga, datang ke sana pada saat liburan sekolah seperti ini. tidak jadi deh, bikin foto-foto eksklusif. Padahal sudah bawa Hindra, Fotografer yahud asal Jogja ini.

Pukul 8 malam, adalah saatnya kami berpisah dengan kota jogja. Berpisah dengan liburan singkat tapi memikat ini. untuk selanjutnya menapaki kenyataan esok hari, b e k e r j a.




19 Juli 2009