Tuesday, May 17, 2011

POTRET DIRI POSITIF MENCEGAH DEPRESI

http://female.kompas.com/read/2011/05/16/21441379/Potret.Diri.Positif.Mencegah.Depresi

KOMPAS.com — Individu yang memiliki potret diri negatif mempunyai persepsi buruk atas dirinya. Sebaliknya, dengan memiliki potret diri positif, seseorang memiliki fondasi kuat atas penghargaan dirinya. Ia lebih mampu menghargai diri sendiri. Potret diri mempunyai pengaruh kuat terhadap relasi seseorang dalam kehidupan pribadi, hubungan berpasangan, bahkan dengan relasi sosial dalam lingkup lebih luas. Pribadi dengan potret diri negatif cenderung mengalami masalah dalam relasi sosial dan mudah depresi.

Meski potret diri dipengaruhi keluarga, teman, lingkungan, bahkan media, setiap pribadi bisa memperbaiki potret dirinya sendiri. Selalu ada cara untuk mendapatkan potret diri positif agar individu tersebut lebih mampu menghargai dirinya.

1. Perangi pikiran negatif

Pikiran negatif cenderung memicu seseorang untuk berbicara buruk tentang dirinya sendiri. Jadi, upayakanlah untuk menantang diri sendiri dengan selalu melawan pikiran negatif. Sebagai contoh, saat Anda mendapat penilaian buruk dari kantor, jangan lantas menyalahkan diri sendiri dan melemahkan diri dengan pemikiran negatif. Sebaliknya, lawan pikiran negatif dengan lebih menghargai diri karena bagaimanapun hasilnya, Anda telah berupaya keras untuk memberikan yang terbaik.

2. Membuat jurnal diri yang positif

Tulislah tiga hal berbeda yang Anda sukai dari diri sendiri setiap hari. Fokuslah menulis karakter dan perilaku yang menunjukkan potret diri positif, sesuatu yang Anda hargai dari diri sendiri. Anda tak perlu menjelaskan karakter tersebut, cukup tulis dengan jelas dan tegas mengenai nilai positif dari diri sendiri.

3. Lakukan aktivitas yang disenangi

Tingkatkan kemampuan diri dengan melakukan aktivitas yang Anda senangi. Misalnya, lakukan hobi yang Anda sukai, kegiatan kerelawanan, atau kegiatan olahraga, apa pun yang membuat suasana hati lebih menyenangkan. Melakukan aktivitas yang menyenangkan membuat individu lebih menghargai dirinya.

4. Hentikan membandingkan diri dengan orang lain

Terimalah diri sendiri apa adanya. Pahamilah bahwa setiap pribadi memiliki keunikan khas, bentuk tubuh yang berbeda, karakter dan penampilan fisik yang tak pernah bisa sama dengan orang lain. Jangan terpengaruh dengan gambaran fisik sempurna bak model atau selebriti. Untuk menguatkan Anda, tulislah kelebihan diri, termasuk fisik yang telah mendukung diri sendiri mencapai keberhasilan sampai pada titik sekarang ini. Hindari figur sempurna di televisi atau berbagai media lainnya, yang membuat Anda merasa tak sempurna.

5. Bersikaplah realistis

Evaluasi kembali target dan mimpi Anda, pastikan semuanya realistis, lakukan penyesuaian diri. Hindari sikap menuntut diri sendiri terlampau tinggi. Bersikaplah lebih ramah kepada diri sendiri. Dengan begitu, Anda bisa lebih tenang menghadapi segala sesuatu, tak mudah stres ketika tujuan tak tercapai. Sebab, dengan bersikap realistis, Anda memiliki potret diri lebih positif.

Wednesday, May 11, 2011

BUKAN JANUARI DI KOTA DILI, TAPI NOVEMBER DI KOTA DILI

gak kebayang, lagu januari di kota dili yang dinyanyiin sama rita effendi belasan tahun lalu, kejadian juga ama diri gw. tapi, bukan januari, melainkan november tahun 2010, gw bisa menginjakkan kaki ke bumi timor loro sae. skarang namanya RDTL, yang kira2 kepanjangannya adalah Republik Demokrasi Timor Leste, dalam bahasa poerto.

waktu denger nih lagu, sempet kebayang2, kapan, gw bisa kesana. kesampaian juga akhirnya :). beruntung aja, setelah selesai cuti berjalan2 ke penang dan singapura, paspor ga dikeluarin dari tas.

emang, pergi ke bekas wilayah NKRI ini tidak terlalu direncanakan. membuat, teman2 satu tim gak ada yang bawa paspor.

namun, karena kebutuhan liputan, akhirnya rencana menyeberang batas harus dilakukan. tak ada kata lain, gw lah yang hanya bisa melintas. yang notabene, satu2nya yang membawa paspror.

hihihi... senangnya.... sekaligus indahnya, alam timor leste. sepanjang jalan, banyak sekali, pohon dengan kulit kayu warna putih. jalannya berbelok2. pertama2 sih ngelewatin bukit2. tapi lama kelamaan, ngelewatin pinggiran pantai hingga sampai ke Dili.

sepanjang jalan, gak habis2nya bang eli, kontri sekaligus driver, nyeritain ke gw, tempat2 yang dulunya pernah terjadi konflik. yang dulunya pernah terjadi pembantaian. agak serem juga, ngebayangin peristiwa itu di depan mata.

pantainya, alamaaakk indah banget. di tengah jalan, subhanallah, gw ngeliat pelangi yang bener2 sempurna. setengah lingkaran!. dan... jumlahnya ada 2.















sungguh disayangkan, gw cuma punya waktu singkat buat nikmatin itu semua. masalahnya, gw harus mencari si anak narasumber untuk ditemukan keesokan harinya dengan sang ayah yang sekarang memilih menjadi WNI. perlu dicatat, si ayah dan anak udah gak ketemu 15 tahun.

sampai di dili udah malem banget, sekitar pukul 8. nanya2 tempat, ternyata mereka banyak yang masih pake bahasa indonesia. cari sana sini, ketemu. tapi sang ibu nolak, si anak ketemu ayahnya. waduh, bisa gawat nih.

bujuk sana bujuk sini, esoknya si ibu mau, untung juga karena anaknya emang punya keinginan untuk ketemu si bapak.

untunglah.... siangnya, perjalanan 4 jam gw lalui lagi, dari dili menuju mato ain, atapupu, wilayah perbatasan timor leste dengan indonesia.

pertemuan anak dan bapak berlangsung mengharukan. sangat miris, karena pertama kali bertemu, anak-bapak ini tidak salling mengenali. namun, setelah sang bapak meliat bekas luka si anak di kepala, barulah tangisan pecah. yah.. akhirnya bapak dan anak yang berbeda kewarganegaraan ini bisa bertemu kembali.

buat gw, Januari di kota dili, telah berganti menjadi november di kota dili. perjalanan penuh makna, yang mungkin akan gw kenang selalu.