Saturday, November 19, 2011
Tuesday, May 17, 2011
KOMPAS.com — Individu yang memiliki potret diri negatif mempunyai persepsi buruk atas dirinya. Sebaliknya, dengan memiliki potret diri positif, seseorang memiliki fondasi kuat atas penghargaan dirinya. Ia lebih mampu menghargai diri sendiri. Potret diri mempunyai pengaruh kuat terhadap relasi seseorang dalam kehidupan pribadi, hubungan berpasangan, bahkan dengan relasi sosial dalam lingkup lebih luas. Pribadi dengan potret diri negatif cenderung mengalami masalah dalam relasi sosial dan mudah depresi.
Meski potret diri dipengaruhi keluarga, teman, lingkungan, bahkan media, setiap pribadi bisa memperbaiki potret dirinya sendiri. Selalu ada cara untuk mendapatkan potret diri positif agar individu tersebut lebih mampu menghargai dirinya.
1. Perangi pikiran negatif
Pikiran negatif cenderung memicu seseorang untuk berbicara buruk tentang dirinya sendiri. Jadi, upayakanlah untuk menantang diri sendiri dengan selalu melawan pikiran negatif. Sebagai contoh, saat Anda mendapat penilaian buruk dari kantor, jangan lantas menyalahkan diri sendiri dan melemahkan diri dengan pemikiran negatif. Sebaliknya, lawan pikiran negatif dengan lebih menghargai diri karena bagaimanapun hasilnya, Anda telah berupaya keras untuk memberikan yang terbaik.
2. Membuat jurnal diri yang positif
Tulislah tiga hal berbeda yang Anda sukai dari diri sendiri setiap hari. Fokuslah menulis karakter dan perilaku yang menunjukkan potret diri positif, sesuatu yang Anda hargai dari diri sendiri. Anda tak perlu menjelaskan karakter tersebut, cukup tulis dengan jelas dan tegas mengenai nilai positif dari diri sendiri.
3. Lakukan aktivitas yang disenangi
Tingkatkan kemampuan diri dengan melakukan aktivitas yang Anda senangi. Misalnya, lakukan hobi yang Anda sukai, kegiatan kerelawanan, atau kegiatan olahraga, apa pun yang membuat suasana hati lebih menyenangkan. Melakukan aktivitas yang menyenangkan membuat individu lebih menghargai dirinya.
4. Hentikan membandingkan diri dengan orang lain
Terimalah diri sendiri apa adanya. Pahamilah bahwa setiap pribadi memiliki keunikan khas, bentuk tubuh yang berbeda, karakter dan penampilan fisik yang tak pernah bisa sama dengan orang lain. Jangan terpengaruh dengan gambaran fisik sempurna bak model atau selebriti. Untuk menguatkan Anda, tulislah kelebihan diri, termasuk fisik yang telah mendukung diri sendiri mencapai keberhasilan sampai pada titik sekarang ini. Hindari figur sempurna di televisi atau berbagai media lainnya, yang membuat Anda merasa tak sempurna.
5. Bersikaplah realistis
Evaluasi kembali target dan mimpi Anda, pastikan semuanya realistis, lakukan penyesuaian diri. Hindari sikap menuntut diri sendiri terlampau tinggi. Bersikaplah lebih ramah kepada diri sendiri. Dengan begitu, Anda bisa lebih tenang menghadapi segala sesuatu, tak mudah stres ketika tujuan tak tercapai. Sebab, dengan bersikap realistis, Anda memiliki potret diri lebih positif.
Wednesday, May 11, 2011
Monday, April 25, 2011
Friday, April 08, 2011
Oktober 2010, gw dan dua orang teman melancong ke penang dan singapura. tiket udah di pesen dari jauh2 hari. kalo gak salah bulan juli, tiket air asia menuju penang udah di tangan. yang tidak biasa, adalah ijin cuti dari kantor belom pasti. stres juga, pas tau gw ga bisa cuti, gara2 baru aja pindah program. thx god, di menit2 terakhir, cuti akhirnya di dapat.
menuju penang, perjalanan lumayan lancar. pesawatnya juga nyaman, karena cukup besar. sampai di sana, kita cari2 transportasi termurah untuk sampai ke tengah kota. di dapatlah, rapid bus. murah, ga sampe 20 ribu kalo gak salah.
perjalanan di penang didominasi dengan mengunjungi kota tua disana. kalau ke pantainya, disarankan enggak deh. jelek, lebih jelek dari ancol. ahahaha
selain wisata kota tua, juga wisata kuliner. makanannya lamak bana. sekaligus murah pisan. gak nyesel deh.
kita nginep di hostel backpacker. murah abis. sayang namanya lupa. eheheh mangabh...
3 hari disana, kita ke singapura, naik bis. perjalanannya 9 jam. tapi gak berasa, karena bisnya nyaman. harga tiketnya cuma 150 ribu sazzaa
di singapura kita nginep di footprints hostel. ini nih yang menarik. gw nginep di dalam kamar dengan 5 tempat tidur bertingkat. yaa jadinya ada 10 orang yang mendiami satu kamar. yap satu kamar!!. kalau udah kemaleman pulang ke hostel, kita mengendap2 ke kamar, takut ngebangunin 7 orang lainnya yang lagi tidur. gw kayak berasa dalam penampungan TKW. xixixi
yang nyebelin, ketika pulang. ternyata pesawat kami, tiger airlines membatalkan penerbangannya tanpa pemberitahuan. huaaa sebel banget. padahal gw besoknya udah dijadwalin untuk keluar kota oleh kantor. ga pake babibu lagi, kita langsung cari tiket ke jakarta. emang, keluar uang lagi. tapi ga apalah daripada ga bisa pulang.
intinya, liburannya cukup memuaskan. capeknya poll.. karena kita jalan2 hemat. hehehe.. c u on the next trip guys!!!
Friday, February 11, 2011
HALIMAH – SANG PENCARI GURITa
l
Rasanya sudah hampir satu bulan ini, aku meninggalkan pulau fores. Tapi, rasa haru yang aku rasakan beberapa waktu lalu, masih terngiang, baik di fikiran maupun hati. Aku menemui mama halima di sana. Wanita agak tua, pencari gurita. Laut layaknya rumah kedua bagi mama halima. Dalamnya lautan sering ia selami demi mencari hewan bertentakel banyak itu.
Sosok tambun, tubuh hitam terkena air dan udara laut. Karakter yang keras. Itu kesan pertama yang kudapatkan dari mama halimah. Janda yang telah ditinggal mati suami, belasan tahun lalu. Kami menemuinya di rumah sederhana miliknya. Salah satu rumah di kampung nelayan, Nangahale Besar, Pulau Flores NTT.
Sekilas, sosok mama halimah aku gambarkan sebagai seorang narasumber biasa. Miskin, dan hidup sederhana. Seperti biasa, aku dan teman-teman meliput keseharian narasumber, dan jadilah tayangan Jika Aku Menjadi. Terkadang, liputan itu meninggalkan kesan mendalam. Kadang hanya sekadar menjalani tugas saja, tanpa bekas yang tertinggal di hati.
Tapi tak tahu mengapa, sepertinya liputanku kali ini sungguh berbeda. Aku bertemu wanita yang tak biasa. Alias luar biasa. Bukan, bukan karena pekerjaannya yang super berani. Tapi karena jiwa mama, hati mama, membuatku begitu tersentuh.
Begitu banyak kejadian yang membuatku terharu. Malahan hal itu terkadang sering bersentuhan langsung denganku. Aku kagum dengan perhatiannya padaku, pada teman-temanku satu tim. Yang sering aku temui, terkadang sang narasumber hanya dekat dengan Talent. Sebutan mahasiswa atau artis yang tinggal di rumah narasumber. Tapi tak demikian dengan mama halimah. Perhatiannya sama pada kami semua. Bukan mengada-ada atau dilebih-lebihkan.
Ketika di perahu, aku kasihan lihat mama dan tiga orang sahabatnya tidur. Malahan mereka tidur dekat sekali dengan knalpot perahu. Mama umurnya 55 tahun, ada temannya mama habiba. Sedangkan mama siti hawa sudah 65 tahun. Tapi yang hebat, mereka masih kuat bekerja mencari gurita. Kalau diceritakan, mungkin tak sedahsyat bila dilihat. Mereka menyelam dengan menahan napas. Padahal untuk menarik gurita dari sarangnya saja sulit dan makan waktu cukup lama. Pasti tidak terbayang, kalau gurita hanya dihargai 10 sampai 15 ribu per ekornya. Setiap hari mama-mama ini paling hanya mendapatkan satu atau dua ekor saja. Benar-benar pekerjaan berat, namun uang yang didapat sangat sedikit.
Belum lagi kalau cuaca di laut tak bersahabat. Bisa-bisa tidak dapat satu ekor pun. Terlebih cuaca yang buruk, bisa mengancam keselamatan mereka.
Alat yang digunakan sederhana. Kacamata renang, dan besi panjang. Tapi jangan di bayangkan kalau kacamata renang tersebut terbuat dari karet. Bentuknya memang persis mirip kacamata renang. Tapi bahannya ternyata terbuat dari kayu!. Sedangkan kaca nya memang terbuat dari kaca jendela. Nyaman? Kalau menurut mama-mama ini, sangat nyaman.
Di tengah-tengah syuting, ternyata wandha, sang talent tertusuk duri dilaut. Mama halimah dan 2 orang temannya sungguh khwatir. Kami singgah dulu di pulau pangabatan, untuk istirahat, dan mengeluarkan duri di kaki wandha. Pulau pangabatan indah nian. Pasir di pantainya mirip sekali dengan tepung. Halus dan nyaris putih. Di pulau ini Cuma ada satu tempat berteduh. Dua batang pohon akhirnya jadi tempat berteduh kami sembari menyantap makan siang.
Lagi-lagi perhatian mama halimah tak hanya tertuju pada wandha. Tapi padaku juga dua orang cameraman. Entah menyuruh kami lekas makan, entah menegur kami, atau bercanda bersama kami. Pokoknya cara mama sangat keibuan memperhatikan kami. layaknya kami adalah anak kandungnya sendiri.
Pulang ke rumah mama, aku yang sudah basah kuyup, langsung disuruh mandi oleh mama. Demikian juga wandha.
Setelah itu, aku semakin dekat dengan mama. Kadang aku juga bercanda dan tertawa bersama. Lama-lama aku jadi ingat mamaku sendiri.
Dan, inilah yang paling berat. Hari terakhir, aku membawa mama ke rumah sakit. Aku dibisiki wandha, mama nangis. Mama terharu, karena anak dan saudaranya tak pernah membawanya ke rumah sakit. Padahal saat itu mama lagi sakit.
Setelah memberikan solusi, alias barang keperluan mama, akhirnya sampailah pada kata perpisahan. Semua terharu. Demikian juga denganku. Jarang sekali aku menangis di saat scene perpisahan. Tapi air mataku kali ini seolah tak pernah berhenti menetes. Sampai akhir berpamitan, aku masih menangis. Mama halimah, suatu saat aku ingin kembali ke rumahmu lagi. Rindu akan ketulusanmu dan perhatianmu.
TANGERANG 11 FEBRURI 2011