Tuesday, September 21, 2004

"Yun, Krj nggk lu? Jln yuk"
From: Yuliati Hp
8:07am 18-SEP-04

Seorang sahabat lama mengirimku sms. Lama juga aku tidak bertemu dengannya. Terakhir, ketika aku menghadiri perkawinannya. Seperti apa ya dia sekarang?
Kami janji akan bertemu di depan McD, jam 12 siang. Wah, banyak sekali orang, apalagi di hari minggu ini. Sulit aku menemukannya. Tiba-tiba seseorang yang tampangnya familiar, melambaikan tangan. ups.. itu dia. Seorang ibu muda sedang menyuapi anak laki-laki kecil.
Sudah jadi ibu dia sekarang. Penampilannya masih seperti dulu, sederhana. Kami berbicara panjang lebar, bertukar kabar. Dia masih seperti dulu, namun tambah dewasa. Tegar, anaknya yang berusia 1 tahun itu, terus saja menunjuk-nunjuk timezone. Belum lagi, suara rengekannya minta coca cola dingin, mengganggu obrolan asyik kami. Huuuuuhhhh repot banget sih, punya anak itu. Seketika aku bertanya. Enak mana, sebelum merit apa sesudah merit? Dengan cepat, dia menjawab: ya merit lah. Kan kita gak sendirian lagi, gak sepi. Segalanya dipikirin dan dilakukan berdua.
Masih saja argumennya tidak masuk dalam logikaku. Ngurus anak, suami, dan tetek bengek lainnya belum bisa aku bilang enak. Rasanya belum siap. Kapan siapnya, aku sendiri gak tau.
Dia mengaku bosan dirumah. Sudah tidak bekerja lagi, sejak hamil. Kegiatannya kini, memberi kredit barang-barang elektronik pada tetangga. Untungnya lumayan, mengingat upah suaminya yang tidak terlalu besar itu. Otomatis, ia mesti memutar otak untuk menambah dana keperluan rumah tangga.
Lalu aku bertanya, apa di toko langganannya ada kamera digital idamanku, agar aku bisa membelinya dengan harga murah. Ia bartanya, " buat apa kamera semahal itu ?"
" ya buat hobilah," kataku. Sejak dulu aku memang ingin punya kamera sendiri.
"Menghasilkan uang gak" tanyanya.
" enggak. cuman buat hobi doang kok"
" yah.. kalo gak ngasilin uang, buat apa. kalo hobi tuh mendingan yang ngasilin uang,"
Dasar ibu rumah tangga. Pikirannya uang terus. Aku salut dengan temanku satu ini. Aku ingat waktu kecil ia selalu dibawa neneknya yang tukang jual kue, keliling kompleks perumahanku. Tidak ada gengsi, tidak ada malu. Hingga kini, ia masih sama. Tak ada gengsi, tak ada malu berdagang apa saja yang penting menghasilkan uang.

No comments: